Entah, tiba-tiba saya kepikiran kata “eksis”, sebuah kata yang simple sebenarnya. Tapi selama ini saya seperti meninggalkan jauh kata itu, coba saja saya tuangkan dalam tulisan ini. Setidaknya untuk menandai keeksisan saya (kembali, emang dulu eksisnya juga gak eksis-eksis amat sih sebenernya hicks...)
Keeksisan manusia dalam dunianya menandakan keberadaannya, sering orang mengatakan seperti itu, lataknya sebuah kata motto dari seorang pemikir besar ”Cogito ergo sum” aku ada karna aku berfikir. Kurang lebih seperti itulah makna keeksisan. Sebut saja seperti ini, sebuah group band yang lama gak ngeluarin karya, maka insan musik atau penggemarnya akan menanyakan keeksisannya. Kemanakah perginya Band itu? Masih ada? Masih kah Eksis di blantika musik? Atau sudah hilang ditelan oleh arus waktu yang menggilas (halah...)
Jadi, Setidaknya sebuah aksi atau gerakan akan memberikan tanda keberadaan manusia itu. Manusia yang hanya diam, tanpa gerakan, aksi, sapaan dan stuck dalam sebuah ruang tanpa kabar akan di judge sebagai manusia yang tak eksis. Akan dipertanyakan keberadaanya. Buat apa dia ada namun tak punya keberadaan?
Memang kadang kita terbentur suatu problem dalam mempertahankan keeksisan. Sebuah keeksisan memang membutuhkan kesinambungan & intensivitas (istiqomah, kalo kata orang negri onta). Dan memang tak mudah untuk menjaga keajekan (baca;Intensivitas, biar agak intelek dikit gitu bahasanya). Ada pepatah Arab yang mengatakan bahwa ”Al-Istiqomatu afdlolu min alfi Karomah”, (Artinya Jo??!!) ”Intensivitas itu mengalahkan 1000 Karomah sekalipun”. Tuuuh....ampek 1000 Karomah aja kalah man!! Gimana enggak sangar harga sebuah Intensivitas? (Intensivitas dalam hal kebaikan tentunya).
Mari, sama-sama kita menjaga Eksistensi kita, dengan tetap Istiqomah & berkesinambungan dalam kegiatan-kegiatan kita. Yang suka nulis, tetaplah menulis, teruskan...yang suka musik, berkaryalah! Yang suka bantu Orang, Kirimin gue Pulsa dong...ato setidaknya kirimi gue ide...biar kita sama-sama eksis
Wassalam
Salam Kampungan (sambil ngacungin salam metal, dengan jari jempol kecepit ditengah)
My Room, Enam Januari Dua ribu sepuluh
Keeksisan manusia dalam dunianya menandakan keberadaannya, sering orang mengatakan seperti itu, lataknya sebuah kata motto dari seorang pemikir besar ”Cogito ergo sum” aku ada karna aku berfikir. Kurang lebih seperti itulah makna keeksisan. Sebut saja seperti ini, sebuah group band yang lama gak ngeluarin karya, maka insan musik atau penggemarnya akan menanyakan keeksisannya. Kemanakah perginya Band itu? Masih ada? Masih kah Eksis di blantika musik? Atau sudah hilang ditelan oleh arus waktu yang menggilas (halah...)
Jadi, Setidaknya sebuah aksi atau gerakan akan memberikan tanda keberadaan manusia itu. Manusia yang hanya diam, tanpa gerakan, aksi, sapaan dan stuck dalam sebuah ruang tanpa kabar akan di judge sebagai manusia yang tak eksis. Akan dipertanyakan keberadaanya. Buat apa dia ada namun tak punya keberadaan?
Memang kadang kita terbentur suatu problem dalam mempertahankan keeksisan. Sebuah keeksisan memang membutuhkan kesinambungan & intensivitas (istiqomah, kalo kata orang negri onta). Dan memang tak mudah untuk menjaga keajekan (baca;Intensivitas, biar agak intelek dikit gitu bahasanya). Ada pepatah Arab yang mengatakan bahwa ”Al-Istiqomatu afdlolu min alfi Karomah”, (Artinya Jo??!!) ”Intensivitas itu mengalahkan 1000 Karomah sekalipun”. Tuuuh....ampek 1000 Karomah aja kalah man!! Gimana enggak sangar harga sebuah Intensivitas? (Intensivitas dalam hal kebaikan tentunya).
Mari, sama-sama kita menjaga Eksistensi kita, dengan tetap Istiqomah & berkesinambungan dalam kegiatan-kegiatan kita. Yang suka nulis, tetaplah menulis, teruskan...yang suka musik, berkaryalah! Yang suka bantu Orang, Kirimin gue Pulsa dong...ato setidaknya kirimi gue ide...biar kita sama-sama eksis
Wassalam
Salam Kampungan (sambil ngacungin salam metal, dengan jari jempol kecepit ditengah)
My Room, Enam Januari Dua ribu sepuluh
0 comments :
Post a Comment