Hari ini, gue dipertemukan dengan seorang dengan derajat keilmuan yang tinggi, status sosial (baca : gelar) yang tersemat dideretan namanya memang bukan hanya pemanis ketika dituliskan untuk ditanda tangani. maklum, kekinian (kadang) gelar tak menentukan kapasitas keilmuan seseorang.

Disini gue ga bakal cerita tentang pembahasan atau paparan konsep si orang pintar tadi, cuma mau cerita soal gue yang kayaknya ketampar aja. tamparan itu membawa ke cerita beberapa tahun lalu ketika masih dimalang.

Ketika itu ada seorang pengajar dikampus yang menekankan betapa pentingnya membaca (إقراء). bagi muslim, satu kata ini pasti dikenal. sebab kata inilah yang pertama diwahyukan dan menjadikan Muhammad seorang pembawa risalah dimuka bumi ini. jauuuh sebelum saya lahir :)

Semenjak saya lahir, berproses dan kemudian mendapat tamparan pertama oleh kata إقراء tak begitu banyak perubahan untuk mengindahkan tamparan itu. malah mungkin berbelok jauh dengan yang diharapkan dari kata إقراء tersebut. gimana ga belok, yang dibaca Timeline twiter (pollow twiter gue yak, @BejoKampungan hahaha....).

Sadar bahwa tidak menyadari atau pura-pura tidak sadar, pasti anda juga akan menginyakan bahwa dengan membaca, kita akan menjadi haus (mimik duluuu). haus akan pengetahuan didalam hal ini tentunya. tinta yang ternggores dalam literatur-literatur adalah pengejawantahan keilmuan yang berbentuk rekaman aksara. otak setajam apapun pasti kalah dengan goresan tinta yang pucat sekalipun. hematnya, semua ada dalam buku.

dan tamparan ke 2 hari ini, semakin membuat saya terpukul. bahwa saya terlalu pintar!! pintar dalam tempurung, tapi bodoh ketika melihat isi dunia, karena kurang membaca...Damn Its tuh!!
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment