Ada dadu, Uang, Kekayaan, dana umum, Kesempatan, Penjara. Kalian pasti tau bukan permainan monopoli? Kalau diamat-amati *sambil ngerutin dahi. Ternyata kehidupan kita itu seperti dalam permainan tersebut ya? (walau mungkin gak semua).

Kita sering mempertaruhkan nasib kita, layaknya melempar dadu dengan keyakinan ada keberuntungan dibalik angka yang keluar. Pernahkah anda mempertaruhkan nasib? Jika anda menjawab tidak, itu mustahal bin mustahil anak kampung seberang namanya. Jika tidak ada pertaruhan nasib, mungkin tak ada pepatah “Hidup itu penuh pilihan” mungkin kawan-kawin.

Ketika anda memutuskan sesuatu ketika itu pula anda mengadu nasib anda, keputusan apapun itu. Dari keputusan itu muncul 2 mata koin yang salah satunya akan jadi milik anda, Untung atau rugi hasil pertaruhan anda? jadi, apa semua karna factor kebejoan (baca:keberuntungan?), apa perlu nama anda diganti Lucky, Bejo, Sa’ad(ah) atau Mas Untung. Agar sang dewi fortuna selalu menghinggapi anda? Tidak juga saya kira. Inilah pertaruhan. Keberuntungan dan kerugian sama besar peluangnya. Seberapa berani nyali anda berspekulasi untuk 2 mata itu. Anda yang menentukan (benerkan? Hidup itu penuh pilihan?)

Balik lagi ke permainan monopoli, dimonopoli ada penjara. Di Jakarta juga anda penjara, ditempat saya, ditempat mu juga ada kan? Nah kalau dipenjara trus bisa keluar dan nonton tennis kayak Om gayus itu gampang kok dalam monopoli, tinggal bayar uang bebas aja kan? Dan dipenjara juga masih bisa melakukan transaksi kok kayak tante Artalita hehehe….Gak punya uang buat bayar? Pegadaian (hipotik), sedikit bisa mengatasi itu. Gaka ada yang digadaikan? Berarti Nasib anda tidak seberuntung Om Gayus kawan. Ketika awal kali melempar dadu anda takut berspekulasi, tak dapat apa-apa. Tak ada sesuatu yang bisa dijadikan “modal”.

Kenapa jadi bahas om Gayus? Kan lagi mbahas monopoli tadi? Hehehe…pikir sendiri aja deh Om gayusnya.

Kesempatan dan Dana Umum, yah…sering kita berharap mata dadu membawa perjalanan kita menuju tempat tersebut. Siapa tau dapet Income? Kan lumayan. Eits…kadang kesempatan dan dana umum bisa menjebloskan kita loh. Kayak mbak siapa itu yang diperkaos majikannya? Padahal pekerjaannya itu merupakan kesempatan yang dia pilih untuk menaikkan taraf kehidupan keluarganya dikampung. Kasihan kan?

Kalau maen ke tempat orangpun harus ada “sopan santunnya”, kalau dimonopoli malah bayar. Apa mau kalian maen ketempat orang bayar uang sopan santun? Kalau gak mau pandai-pandailah jaga diri. Ya dirumah sendiri, dikota orang bahkan dinegara orang.

Yang banyak duit ya bakal berjaya. Bisa beli apa saja, gak takut kena perkara selama ada duit numpuk disaku celana. Yang kalah? ya semakin kalah kalau dia nekad berspekulasi tanpa pemikiran jangka panjang. Curang juga boleh kok, gak Cuma dimonopoli, di Jakarta, dikota saya dan anda aja yang ada penjara, Tuhan juga punya Penjara kan? Jadi silahkan saja curang.

Semua pilihan ada pada anda. Seberapa besar tekad anda “memonopoli” kehidupan anda menjadi lebih baik? Pelajaran kampungan no. 134 “Kalau pengen hidup enak, Jangan Cuma maen monopoli gaya Nasional” hahahha….

Salam Kompakan, Maen monopoli dulu yak…..!

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment