"I Have much freedom, but i don't have much time"

Potongan lyric dari band legend berlambang "Lidah melet" itu setidaknya mampu mewakili gambaran hari-hariku. Aku memiliki kebebasan dan merasa benar-benar bebas dalam beberapa aktifitas pribadi. Anda juga begitu saya kira, yah manusia dengan pelbagai rutinitasnya yang mengikat sering butuh sebuah ruang untuk sekedar "melonggarkan pakaian". Dulu, saat masih di bangku akademik, musik menjadi sebuah ruang pelampiasan saya. Walau toh sekedar gedabrukan distudio musik. Sudah cukup untuk mengurai penat buah dari aktifitas keseharian.

Menulis, yah menulis lah yang sampai saat ini masih mendapatkan jatah kursi menjadi ruang pelepas penat. Ada rasa merdeka tersendiri ketika melakukanya, terlepas tulisan itu kemudian dibaca orang, terabaikan bak nisan kuburan, atau malah menjadi inspirasi bagi orang lain.

Lambat laun aktifitas ini porsinya tergerus oleh lelah. Bukan lelah untuk menulis, namun kelelahan karena ritinitas harian, ruang menulis menjadi semakin sempit, sesekali aku pasang badan menghadapi kantuk demi meraup sedikit kemerdekaan. Selain pasang badan, mencuri celah dirapatnya aktifitas ternyata melahirkan sensasi kemerdekaan tersendiri. Yah seperti saat ku unggah tulisan ini, aku sambil mengerjakan fercolasi tanah.

Hey wong kang bejo, dimanakah kau merasakan merdeka? Sudah kamu raih?

Published with Blogger-droid v1.7.4
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment