"Selesai Solat, rasanya damai" #Twetpencitraan

di suatu senja nan skooy, ketika sedang mengamati lini masa, Mata minten (adeknya mata Najwa hahaha...) tertuju pada hastag diatas. Sambil memutar-mutar scrol smartphone nya minten ngedumel didepan gadget nya "Lha ya, kok ya ada-ada aja toh, cari muka sekarang lebih dibahasakan dan dipublikasikan".

Ngatinah, yang ada disebelahnya diam saja. telinganya seperti tak fungsi, kepekaan indranya berpusat pada gadget yang juga ia genggam.

"Heh..Ngat, kamu itu diajak ngobrol kok malah Njegidek aja...Jangan-jangan kamu ini sedang melakukan pencitraan, biar dianggap pendiam ya" protes minten, ketus.

Yah, dewasa ini kepekaan mata memang lebih tajam ketimbang telinga (ketika berhadapan dengan gadget). entah ini pencitraan seperti asumsi Minten, atau memang wabah yang sedang booming di masyarakat.

"Kalau pencitraan kenapa ten? wong pak presiden aja juga dibilang pencitraan kok?!" sergah Ngatinah.
"Pencitraan ya pencitraan, tapi mbok jangan kebangetan...wong diajak ngobrol. jadinya bukan sosok pendiam yang kutangkap, tapi budeg" Minten gak mau kalah.

Macam-macam memang komentar terhadap sesuatu yang kemudian diistilahkan, salah satunya ya pencitraan itu tadi. sikap su'udzon terhadap orang lain atas apa yang dilakukannya itu mengandung maksud mencari nama atau golek rai.
Kalau su'udzon yang diasumsikan itu benar mungkin akan menjadi pembuktian atas cela sebenarnya yang diperbuat oleh sang pencitra. Kalau sebaliknya?

Gini..gini...
Siapa sih di seantero jagad ini yang gak pingin berbuat baik? pasti semua pengen berbuat baik. ada nilai + dibalik perbuatan baik itu tentunya dari sang Pencipta bukan?
Ketika perbuatan baik lantas sedikit-sedikit diasumsikan "pencitraan" yang ditakuti adalah orang-orang jadi takut berbuat baik, apalagi didepan umum.
Apakah menjadi lucu kemudian ketika anda memberi sedekah dengan nominal sekian kepada seorang anak-anak di lampu merah, kemudian seketika itu pengendara disekitar anda menyoraki anda "waa...pencitraan!". padahal niat anda tulus setulus lagu ian kasela dan semulus kakak-kakak diiklan citra itu. Kecuali jika ada tendensi-tendensi jelas bahwa yang dilakukan itu adalah cari muka.

Dalamnya hati memang siapa yang tahu? tuduhan "pencitraan" itu premis yang menakutkan jika memang tak jelas kita ketahui apa maksud dari perbuatan seseorang itu, atas dasar itu atau iniituituini. Biarkan orang berbuat baik, terserah dia berniat apa, wong yang ngasi pahala saja ga banyak kritik kok, sampean ngratak-ngritik. mau dibilang mendahului Tuhan?

Sudah ah, panjang-panjang ntar dikira pencitraan lagi...mending saya tak mention-mentionan sama Ngatinah dan Minten
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment