Paradoks, yah...itu yang terselip dalam postingan judul saya kali ini bukan? Pengemis kok paham proposal? Bukan berarti saya meremehkan salah satu mata pencaharian yang populer di Indonesia itu ya? Namun, itulah sebuah Realita yang saya temui Kawan-kawin. Mau tau? Ahh...Pasti Kamu selalu menjawab iya!
Sebelumnya, Saya perkenalkan seorang anak yang ada dalam tokoh ini, Bunga (bukan nama sebenarnya). Umurnya mungkin belum 10 Tahun, Masih sekolah di tingkat dasar. Entah sekolah dimana, cuma yang saya tau kadang ketika ia mengemis, ia masih memakai atribut Sekolah dasarnya, entah Rok atau Topi pramukanya.
Sebenarnya saya tidak kenal betul dengan Bunga, Hanya kenal wajah lebih tepatnya. Namun, kadang kami saling sapa ketika berpapasan dijalan atau ketika bertemu di pemberhentian lampu merah.
Daerah "Operasi" bunga Sejalur dengan warung dimana saya ngopi, Kantor dan (exs) Kampus saya. jadi kemungkinan untuk berpapasan sangat sering.
Kadang saya iba melihatnya, Miris. Semiris ketika mendegar cerita "Budi Kecil" dalam Lagu "Sore tugu Pancoran" Om Iwan Fals. Bunga terlalu kecil, bahkan belum 10 tahun. sering ketika hujan, saya berpapasan dengannya diperempatan Lampu merah ITN. Dia basah kuyub, kuat menggenggam ecek-ecek-nya. kadang mengemis kadang ngamen. kalau nggak ngemis ya mengamen. yah itulah Bunga, Anak kecil yang harus dihantam kenyataan dipekerjakan belum pada usianya.
Rasa iba saya hari ini kok berubah, masih sedikit tersisa sebenernya. Cuma sudah bercampur Lucu kawan-kawin. Tiba-tiba saja Bunga masuk "kantor" saya,
"mas, permisi yo?" katanya lugu
Saya hanya tersenyum dan memperhatikannya.
Ooh..Tidak, Apa itu ditangannya? Saya terus memperhatikannya...gerak-geriknya...Hmmm...Ada sebuah terobosan baru ketika bunga mengemis. Kini, ditangannya tak lagi kosong seperti ketika biasanya meminta, Bunga membawa amplop. diamplop kumal tersebut ia beri tulisan :
Sebelumnya, Saya perkenalkan seorang anak yang ada dalam tokoh ini, Bunga (bukan nama sebenarnya). Umurnya mungkin belum 10 Tahun, Masih sekolah di tingkat dasar. Entah sekolah dimana, cuma yang saya tau kadang ketika ia mengemis, ia masih memakai atribut Sekolah dasarnya, entah Rok atau Topi pramukanya.
Sebenarnya saya tidak kenal betul dengan Bunga, Hanya kenal wajah lebih tepatnya. Namun, kadang kami saling sapa ketika berpapasan dijalan atau ketika bertemu di pemberhentian lampu merah.
Daerah "Operasi" bunga Sejalur dengan warung dimana saya ngopi, Kantor dan (exs) Kampus saya. jadi kemungkinan untuk berpapasan sangat sering.
Kadang saya iba melihatnya, Miris. Semiris ketika mendegar cerita "Budi Kecil" dalam Lagu "Sore tugu Pancoran" Om Iwan Fals. Bunga terlalu kecil, bahkan belum 10 tahun. sering ketika hujan, saya berpapasan dengannya diperempatan Lampu merah ITN. Dia basah kuyub, kuat menggenggam ecek-ecek-nya. kadang mengemis kadang ngamen. kalau nggak ngemis ya mengamen. yah itulah Bunga, Anak kecil yang harus dihantam kenyataan dipekerjakan belum pada usianya.
Rasa iba saya hari ini kok berubah, masih sedikit tersisa sebenernya. Cuma sudah bercampur Lucu kawan-kawin. Tiba-tiba saja Bunga masuk "kantor" saya,
"mas, permisi yo?" katanya lugu
Saya hanya tersenyum dan memperhatikannya.
Ooh..Tidak, Apa itu ditangannya? Saya terus memperhatikannya...gerak-geriknya...Hmmm...Ada sebuah terobosan baru ketika bunga mengemis. Kini, ditangannya tak lagi kosong seperti ketika biasanya meminta, Bunga membawa amplop. diamplop kumal tersebut ia beri tulisan :
"Mohon beri sumbangannya, Untuk uang Sekolah dan Makan"
Tulisan tersebut khas tulisan tangan anak SD, Bunga yang masih SD itu sudah kenal Proposal? Atau ini semacam pengadobsian ide dari peminta sumbangan kebanyakan? yang menggunakan Amplop dengan gambar Yayasan titik-titik seperti yang banyak beredar belakangan? Siapa yang mencetuskan ide gila ini? aaah...Makin Intelek aja Pengemis di Indonesia ini
0 comments :
Post a Comment